Laman

Kamis, 20 Oktober 2016

Menunggu Itu Menyenangkan: Agar Menunggu Tak Hanya Sekedar Menghabiskan Waktu #2

Nah, saya lanjutkan ya.. yang baru baca tulisan ini, baca dulu tulisan sebelumnya ya, di sini.

Okay, lanjut.

Kedua, pencerahan yang saya dapatkan adalah SANTAI SAJA! JANGAN TAKUT.
Usia yang tidak bisa di-rem pertambahannya membuat kegelisahan tersendiri dalam jiwa dan membuat saya semakin tidak ada kerjaan pandai menghitung waktu. Ada semburat rasa ketakutan yang tercipta, bukan hanya menyoal waktu saja sebenarnya, tapi ketakutan lainnya yang serupa. Apa kamu merasakannya juga?

Sampai akhirnya saya teringat bahwa Allaah sudah menetapkan rezeki, azal, amal serta nasib baik dan buruk dari seorang hamba semenjak ia berada dalam kandungan ibunya. Dalam usia 120 hari kehidupannya di alam rahim ibunya. Ya, jodoh adalah bagian dari rezeki kita. Sebagaimana rezeki, kedatangannya sudah pasti dan setiap orang sudah memiliki jatahnya sendiri-sendiri, tidak akan pernah menjadi milik orang lain apa yang sudah Allaah rezekikan kepada kita.

Jadi, tenang saja, jangan takut rezeki—jodoh kita dipatok tetangga #eh. Santai saja, semua akan dipertemukan-Nya tepat pada waktunya.

keep calm and moving forward

Ketiga, pencerahan yang saya dapatkan adalah adalah LAKUKAN HAL-HAL PRODUKTIF.
Ya, saya tahu menunggu memang bisa membuat kita se-galau itu, sampai-sampai kita lupa mau berbuat apa selain pasang status galau di medsos. Iya, dulu saya suka gitu deh, bingung sendiri gitu mau ngapain. Huhu.

Hingga akhirnya saya mulai mencari-cari ide untuk mengalihkan perhatian saya. Ceritanya waktu itu saya sedang menunggu kepastian dari seseorang. Uhuk. Waktu itu, saya ada kekhawatiran tidak dapat menjadi menantu yang baik, tidak dapat diterima dengan baik oleh keluarganya. Hehe. Sudah ketakutan pleus ke-ge-er-an duluan, ya? *tutup muka* Etapi karena saya sadar diri juga sih, soalnya saya menyadari bahwa skill hidup yang saya miliki masih cetek sekali. Waktu itu, saya kepikirannya untuk kursus masak dan kursus menjahit. Ya, walaupun belum sempat saya lakukan sih, karena saya keburu pindah dan kabarnya kata guru ngaji saya, proses saya dengan dirinya belum dapat dilanjutkan karena keluarganya yang memberi restu untuk menikah dalam waktu dekat. Tuh kan! *pukpukin diri sendiri* Hehe. It's okay, tidak apa-apa, tandanya ia bukan rezeki saya.

Nah, dengan melakukan hal-hal yang produktif inilah, selain waktu menunggu kita menjadi lebih menyenangkan, kita juga mendapatkan keuntungan: berupa keterampilan hidup untuk masa depan. Asyik, bukan? :)

Keempat, pencerahan yang saya dapat adalah AMANKAN AKHIR PEKANMU.
Ya, di sana ada yang namanya malam minggu yang entah kenapa disebut malam yang panjang. Ada yang tahu kenapa? Hmmm. Sependek pengamatan saya, kalau malam minggu tiba, mendadak jadi banyak pengemis cinta di beranda media sosial saya. Kata-kata saya jahat ya? Biarin, abisnya waktu itu saya suka KZL. Ingin rasanya bilang ke mereka, biarpun memang masih menunggu please atuhlah jangan sampai seperti itu, tetap jaga harga dirimu. Tapi, ya, saya tidak bisa berlaku seperti itu juga karena mau update apapun itu kan hak mereka.

Dari sana saya selalu menghindari untuk aktif di media sosial apalagi kalau malam minggu begitu. Karena saya tahu, kalau kita terus 'dijejali' status-status begitu, pikiran kita bisa ter-influence juga lama-lama. Mulailah saya mencoba mengamankan akhir pekan saya. Selain dengan mulai bijak dalam bersosial media. Akhir pekanpun harus terisi dengan aktivitas lainnya agar semua aman terkendali. Waktu itu saya gunakan akhir pekan saya untuk pengajian dan berencana untuk membina anak jalanan juga, sudah sempat bicara sama teman yang berkiprah di sana juga, namun Qadarullaah belum terlaksana. Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya keburu pindahan. Nah, kalau kamu mau mengamankan akhir pekanmu seperti apa? :)

Terakhir, pencerahan yang saya dapatkan dan merupakan yang paling ampuh adalah JAGA INTERAKSIMU DENGAN ALLAAH SWT.
Ya, selain harus menjaga interaksi dengan lawan jenis, kita juga harus menjaga interaksi kita dengan Sang Pencipta. Karena apa? Karena kamu tahu sendiri lah ya, dalam menunggu itu banyak sekali ujian dan cobaan, iya kan? Dari mulai banyak yang pe-de-ka-te lah, yang tepe-tepe cuma pe-ha-pe lah, mulai banyak yang perhatian dengan nanya ka-pan-ni-kah lah dan lain sebagainya dan lain sebagainya.

Nah, kondisi itu sangat bahaya bagi jiwa yang rapuh karena terlalu lama menunggunya #eeaak #lebay. Kita harus memiliki sandaran yang kokoh untuk berlabuh, memiliki tempat untuk menumpahkan segala keluh.  Dan Allaah SWT adalah sebaik-baiknya sandaran itu, tempat itu. Cukuplah Allaah SWT yang mengetahui jerit suara hati segala kondisi kita dan berharaplah selalu pada-Nya agar menunjukkan yang terbaik bagi kita. Dengan terjaganya interaksi kita dengan-Nya, in syaa Allaah, semua akan lebih ringan dan hari-hari kita berjalan dengan riang gembira, tentunya waktu kita tidak habis percuma.

Sudah, mungkin cukup itu saja yang dapat saya bagi. Mudah-mudahan dapat menginspirasi.

Baca juga : Menunggu Reda

Oiya, jangan lupa untuk banyak melangitkan do'a pada-Nya ya, bermunajat pada Allaah SWT di sepertiga malam, minta agar Ia menunjukkan jalannya, karena bisa jadi sebetulnya ia sudah dalam perjalanan mengikhtiarkanmu tapi kesasar melulu dalam usahanya menemukanmu. Hehe.

Semoga sederhana.

˙˙˙
Menunggu hanyalah soal bagaimana kita mempolitisasi waktu.

Siapkah kamu untuk menunggu dengan lebih menyenangkan dan tak sekedar menghabiskan waktu dengan caramu? :)

—esn—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar