Senin, 18 September 2017

SHANUM MOUNIRA AHMAD

tiga puluh sembilan minggu empat hari kau dan aku menyatu menjadi kita dalam diri yang sama, melakukan semua-segala-seluruh hajat hidup bersama, bertumbuh dan berkembang bersama, belajar bersama, berjuang bersama...

hingga di hari yang cerah itu kau memberi tanda; kesiapan untuk menjejaki dunia, dan jangan kau tanya bagaimana rasa itu membuncah di dada, rasa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, bahagia tiada terkira, sesaat lagi aku menjadi bunda...

dua puluh satu jam (semenjak tanda pertama) lamanya kita bertaruh nyawa, aku kerahkan semua yang aku bisa untuk menghantarkanmu terlahir ke dunia dengan senyamannya, walau akhirnya ada intervensi lain juga, tak apa, asal kau selamat, cinta...

tangismu untuk pertama kalinya tak akan pernah kulupa, bagai setetes air ditengah dahaga, menyegarkan jiwa, menyejukkan hati yang lama menanti, mengenyahkan segala rasa sakit yang tidak dapat dipungkiri, menumbuhkan selaksa cita dan gelora asa...

empat hari kita melalui hari-hari dengan begitu indahnya, hadirmu adalah hadiah, adalah berkah, adalah karunia, adalah rahmat dari Tuhan yang Esa. kau adalah kehadiran yang menyempurnakan, adalah kebahagiaan yang mengutuhkan, adalah buah hati dan separuh jiwa...

dua hari setelahnya kita harus kembali berjuang bersama, dengan kondisi yang berbeda, kau yang menjadi pemeran utama dan bunda hanya bisa melangitkan do'a, melafalkan harap dan mengajakmu berbicara tentang rencana masa depan kita...

Allaah lah pemilik segalanya, penentu dan sebaik-baik perencana, kita punya rencana, Dia punya rencana dan rencana-Nya lah sebaik-baik rencana. meski kadang rencana-Nya tak sesuai dengan ingin kita, walau jiwa kita kadang tak mudah untuk menerima, tapi tetaplah sebaik-baiknya...

hari keenam kelahiran artinya sama dengan hari pertama kepergian, kepergian yang tentu saja tidak pernah terbayangkan, tidak pernah terbayangkan. namun, ketika takdir sudah tertulis, kita bisa apa? ya, hanya bisa berserah pada-Nya dan memohon agar dijadikan ridho akan ketetapan-Nya...

jangan kau tanya bagaimana hati bunda, luluh lantah-porak poranda atau istilah lain di atasnya tak akan cukup mampu menggambarkan apa yang bunda rasa... 

Ananda tercinta,

seperti kehadiranmu yang membuat bunda belajar banyak-banyak belajar, kepergianmu pun sama...

terima kasih telah hadir dan mengisi ruang di hati bunda, ruang itu selalu untukmu, takkan pernah tergantikan, selamanya...

terima kasih telah berjuang bersama, Allaah senantiasa mengetahui dan takkan pernah luput akan perjuangan kita...

tenanglah di sana wahai jiwa yang puas lagi diridhai-Nya, in syaa Allaah, nyamanlah dalam dekap cinta dan asuhan Nabi Allaah Ibrahim A.S. sampai berjumpa kembali di hari yang bahagia, sebagaimana telah dijanjikan-Nya...

Bunda mencintaimu,

dan akan selalu begitu!


"semoga (engkau) menjadi pahala yang disegerakan, tabungan abadi dan sumber pahala bagi kami..."