Selasa, 18 Oktober 2016

Ujian Perasaan: Ketika Virus Berwarna Merah Jambu Menyapamu

Aktivis mahasiswa juga manusia. Selayaknya manusia, mereka memiliki perasaan dan perasaan ingin memiliki. Sama, tiada bedanya. Yang berbeda hanya penyikapan atas fitrah perasaan yang kadang menggelayut mesra waktu menuju pembaringan tiba.

VMJ a.k.a Virus Merah Jambu adalah bahasan yang paling menarik untuk dibahas ketika waktu 'melingkar' tiba. Setidaknya, sependek pengamatan saya ketika berada dalam lingkaran bersama teman-teman kemudian membahas tema yang mengenainya, maka pembahasan akan lebih ramai dan antusias dari biasanya. Tidak percaya? Coba saja. Tapi, ijin dulu pada teteh/mbak/akang/abang/kakak mentornya, ya. Hehe.

Seperti virus yang dapat menyerang siapa saja, virus ini juga bekerja dengan cara yang sama. Ia bisa menyerang siapa saja dan kapan saja. Tanpa pilih-pilih orangnya tanpa bisa diduga kedatangannya. Mungkin, di dunia ini hanya ada dua manusia yang mampu membuat virus ini meuntal dan tak mampu menginfeksi sama sekali. Merekalah: Sayyidina Ali RA dan Sayyidatina Fatimah RA. Yang mampu menjaga fitrahnya dengan sangat rahasia, hingga setanpun luput tak dapat mengetahuinya, hingga tiba masa Allaah perkenankan mereka untuk merayakan cinta. Masyaa Allaah.

Virus ini merupakan bahaya laten untuk kehidupan aktivis mahasiswa. Betapa tidak, apabila seorang mahasiswa sudah terkena atau bahkan terinfeksi virus ini mereka bisa saja gelap mata. Masa? Iya! Makanya jangan pernah coba-coba memancing kedatangannya, ya. Hehe. Ya, seperti yang kita tahu seorang bijak pernah berkata: "janganlah pernah engkau menasehati orang yang sedang jatuh cinta, karena itu sia-sia saja." Sebenar apapun kebenaran yang kita sampaikan, tidak akan berarti apa-apa untuknya karena hatinya sedang tertutup pada selain orang yang dicintainya, kecuali Allaah memberi kembali cahaya-Nya. Di sinilah, ujian sedang berlangsung pada perasaannya. Ujian perasaan.

Hati-hati, virus ini sangat suka dengan orang-orang yang lalai dari mengingat-Nya atau lebih sering kita kenal dengan sebutan 'futur' yaitu suatu kondisi dimana seseorang sedang dalam kondisi ruhiyah* yang tidak bagus. Virus ini sangat lembut sekali, hingga kedatangannya tidak kita sadari, tahu-tahu ternyata ia sudah menyerang dan menginfeksi. Saat kita tanpa sadari kita mulai mengagumi kebaikan ikhwan A atau akhwat Z dan berharap kelak mendapat mahram sepertinya, misalnya. Perlahan tapi pasti. Jika tidak segera diobati, maka ia bisa saja segera menginfeksi dan menggerogoti pertahanan demi pertahanan dalam diri.

Lalu, bagaimana sebaiknya sikap kita ketika mendapat Ujian Perasaan itu? Ketika Virus berwarna merah jambu itu hadir menyapaku?

Well, berikut adalah tips yang dapat saya sarankan kepada kengkawan sekalian. Tips ini berdasarkan pada pengalaman pribadi, hehe, cerita sahabat, kisah teman, buku-buku yang pernah saya baca dan kajian-kajian yang pernah saya ikuti. Check it out!
1. Jangan banyak menyendiri
Ketika Virus Merah Jambu terasa mulai menyerang pertahanan kita, hindari untuk banyak menyendiri, karena ketika kita sendiri biasanya bayangannya semakin menjadi, semakin menggoda iman. Pun, ketikapun keadaan memaksa kita untuk menyendiri dan bayangannya mulai menghampiri, segera alihkan perhatian, lakukan hal-hal produktif yang dapat menyibukan pikiran maupun fisik kita.

2. Jangan semakin memperparah infeksi virus merah jambu
Sudah fitrahnya ketika perasaan itu hadir menyapa, rasa-rasanya selalu ingin menyebut-menyebut namanya, telinga menjadi lebih peka ketika mendengar orang lain menyebut namanya, ingin selalu mengetahui kabarnya. Iya, kan? Biasanya untuk memenuhi rasa itu kita mulai sering stalking media sosialnya, curi-curi tanya ketika ada 'forum' yang membahas profilnya, googling segala sesuatu tentangnya. Bukan begitu? Nah, ini juga berbahaya, karena apabila hal-hal tersebut dilakukan maka akan semakin memperparah kondisi kita. Yang bisa kita lakukam saat itu juga adalah berhenti. Berhenti. Berhenti.

3. Cek kembali amalan-amalan harian, setidaknya selama sepekan
Ini adalah hal yang sangat penting dan krusial untuk dilakukan. Karena, bagaimanapun amalanmu akan sangat mempengaruhi aktivitasmu, perasaanmu, semangatmu dan bahkan seluruh aspek kehidupanmu. Coba cek kembali bagaimana:

Shalat Wajibmu. Apakah sudah tepat waktu? Apakah sudah khusyuk? Berjamaah atau masih sering ketinggalan kah?
Sebagiamana telah kita semua tahu bahwa amalan pertama yang akan dihisab nanti adalah shalat kita. Sehingga secara implisit kita diberitahukan ketika ada sesuatu yang tidak beres dalam kehidupan kita, kita harus menghisab dan mengecek kembali bagaimana shalat kita. So, jagalah shalatmu dan biarkan shalat menjagamu.

Tilawahmu. Apakah sudah rutin? Apakah sudah membaca maknanya juga? Apakah sudah mentadaburinya? Ataukah setiap hari terlewat begitu saja tanpa tilawah?
Mengapa tilawah itu penting? Di antaranya karena di sana (Al-Qur'an) merupakan sumber cahaya sekaligus obat dari segala penyakit. Dengan membacanya segala kegelisahan perasaan kita akan terlenyaplan dan kita juga akan mendapatkan pencerahan. Sebagaimana Allaah berfirman dalam kitab-Nya, yang artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yairu Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuataan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allaah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain) Dan Allaah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Ankabuut: 45).

Kemudian cek juga amalan lainnya seperti shalat sunnah rawatib, dzikir pagi dan petang serta sunnah nafilah lainnya.

4. Perbanyak shalat malam
Shalat di sepertiga malam atau sering disebut Qiyamullail merupakan shalat sunnah yang sangat dianjurkan mengingat banyak sekali manfaat yang akan kita rasakan. Ketika virus merah jambu itu menyerangmu dengan ganas sehingga hatimu sudah tak dapat lagi kamu kendalikan, maka dirikan shalat malam, dan mintalah kepada Pemilik Hati agar 'bolong' yang ada dihatimu itu di'tambal'-Nya, disembuhkan dari sakitnya. Atau, mintalah agar hatimu yang sudah kadung kotor itu agar digantikan-Nya dengan hati yang baru. Hati yang bersih, hati yang baik, sehingga dengan hati itu bersih dan baiklah segala niatan kita, segala perihidup kita, segala perbuatan hidup kita di dunia.

5. Perbanyak Shaum Sunnah
Ketika hati sudah terlanjur terinfeksi, ketika pandangan tak dapat lagi ditundukkan dan pikiran begitu liar berangan. Maka, berpuasalah. Perbanyaklah shaum sunnah. Apakah itu shaum sunnah tiga hari di pertengahan bulan hijriyah (ayyamul bidh), shaum senin-kamis atau bahkan shaum Daud: satu hari berpuasa, satu hari berbuka. Sangat direkomendasikan bagi mereka yang kadung punya rasa, ingin menyalurkan melalui cara yang halal a.k.a menikah belum bisa sementara gejolak semakin menbuncah dada. Sabar dan terus berpuasa, dengan puasa, in syaa Allaah, akan dapat meredam gejolak yang membara.

6. Lakukan 'pengentalan' diri
Ketika diri sudah berusaha sekian rupa untuk tidak terserang virus merah jambu yang lebih parah lagi, sementara kondisi memaksa untuk tetap melakukan interaksi karena kepentingan yang lain. Maka, bersabarlah dan minta tolong pada-Nya agar diri tetap terjaga dan bisa juga dengan melakukan 'pengentalan' diri. Apa itu pengentalan diri? Adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk selalu terkoneksi dengan Rabb-Nya. Ijinkan saya memberikan sebuah kisah yang saya dapatkan dari teman saya. Terkisah ada seorang aktivis mahasiswa yang luar biasa menjaga diri, kemampuannya dalam memimpin membuatnya terpilih sebagai pimpinan tertinggi organisasi. Selayaknya pimpinan yang mesti ada yang mengagumi, ia pun sama, banyak perempuan yang nge-fans padanya, mana ia ganteng pula. Alhamdulillahnya, ia pandai menjaga dirinya. Tak ada yang ia biarkan memasuki hatinya, hatinya ia jaga untuk seseoranh yang Allaah takdirkan untuk menjaga mahramnya. Namun begitulah, godaan semakin hari semakin menjadi. Hingga ia merasa takut sekali hatinya akan ternodai. Sambil memohon pertolongan ia shalat sunnah dhuha di sekretariat organisasi pimpinannya, dan ia merasa tenang setelah shalat dan terkoneksi langsung dengan Rabb-Nya. Dari sana ia berniat untuk melakukan shalat setiap kali ia mulai merasakan ada yang hendak menyelusupi hati. Shalat mutlak. Itulah metode yang ia pilih untuk pengentalan diri.

7. Langkah Berani: Segera nikahi atau menawarkan diri
Well, ketika rasa itu menyapa dan kemampuan (ilmu, mental, finansial dan restu orang tua) sudah ada, maka ambilah tindakan segera agar tidak lama bergelimang dosa dan segera berganti dengan pahala. Datangi walinya dan Nikahi ia apabila kamu ikhwan. Tawarkan diri melalui perantara yang dapat dipercaya apabila kamu ahkwat. Tapi, dengan catatan lakukan semuanya sesuai dengan yang disyariatkan dan no khalwat** untill akad.

Semoga sederhana.

˙˙˙

* bagian diri manusia: berkenaan dengan jiwa, hati.
** berinteraksi, berdua-duaan tanpa mahram.

Perasaan adalah fitrah. Bagaimana kita menyikapi dan mengelolanyalah yang akan menentukan apakah itu menjadi anugerah atau malah musibah.

—esn—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar