Senin, 17 Oktober 2016

Jika Tak Kau Temukan Aku di Syurga, Tolong Keluarkan Aku dari Neraka


Teruntukmu, Sahabatku..

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana di terik siang itu kita berdesak-desakan di ruangan persidangan, setelah berpeluh keringat menelusuri jalanan, hanya untuk satu tujuan: menuntut hukuman bagi pelaku pornografi. Hukuman seadil-adilnya, tanpa pandang siapa ia.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana sore itu kita terus berjalan dengan beban di pundak yang tak dapat dikatakan ringan, dengan panjangnya rute perjalanan, hanya untuk satu tujuan: menempa diri, agar seluruh potensi yang terdapat dalam diri dapat terasah dan kita mampu untuk menjalani amanah: menjadi khalifah di muka bumi.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana malam itu kita menggigil kedinginan lalu berpegangan saling menguatkan di tengah gelapnya malam tengah hutan, hanya untuk satu tujuan: melahirkan generasi penerus organisasi yang kita cintai, agar perjuangan tak terhenti, agar tercipta re-generasi.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana pagi itu kita terbangun dan saling bergantian melaksanakan shalat malam hingga selepas subuh tiba kita berlarian tanpa takut bahaya, hanya untuk satu tujuan: menjalankan sebaik-baiknya apa yang telah diamanahkan.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana kita saling berbagi makanan dari piring-piring yang ada, merecapi nikmatnya berbuka. Ya, saat itu kita sedang berpuasa dan sesekali kita mengadakan buka puasa bersama untuk mengeratkan persahabatan kita.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana cerewetnya engkau mengingatkan aku ini itu, mengingatkan aku agar senantiasa menjaga diriku, menjaga izzah dan iffahku. Karena kau anggap aku saudaramu dan saudaramu adalah amanahmu, katamu waktu itu.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana air hujan menyapu wajahmu yang berkendara memboncengku tanpa memedulikan air yang mulai membasahi tubuh itu, kita terus melaju, hanya untuk satu tujuan: agar anak-anak di pelosok desa binaan kita berbahagia dengan kedatangan kita yang tepat pada waktunya.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana malam-malam kita menjadi panjang dan (waktu) tidur kita menjadi sempit, saling bergantian kita menyampaikan gagasan, menuangkan kegelisahan akan nasib bangsa dan ketakutan kita tak mampu menjalankan peranan dan fungsi kita.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana kita bergotong-royong menyiapkan segala keperluan untuk aksi, menyiapkan naskah orasi juga notulensi saat audiensi, hanya untuk satu tujuan: agar pemerintah tidak menjadi tuli, agar kesejahteraan dan keadilan tetap terasa di negeri ini.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana setiap pekan kita kajian bahkan tak jarang kita turun ke jalan, menikmati romantisme jalanan, melakukan pencerdasan, menyampaikan aspirasi rakyat kecil yang menjerit dengan naiknya harga bahan bakar kendaraan, mengkritisi kebijakan pendidikan dan mengawal jalannya pemilihan para calon pimpinan.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana kita duduk bersila di majelis ilmu, dibawah kepakan sayap malaikat dan menikmati santapan rohani sambil terus bersilaturahmi sekaligus mengisi diri agar senantiasa berada pada sebaik-baiknya kondisi diri.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana kita berkumpul dalam lingkaran penuh cinta, saling mengingatkan satu sama lainnya, saling berbagi apa yang kita miliki, saling menguatkan dan memotivasi untuk selalu bergerak dan tak berhenti dari jalan ini.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana kamu menyimak dan dengan sangat santun membetulkan bacaan Al-Qur'anku, karena ada beberapa huruf yang kurang tepat bunyinya, kemudian membesarkan hatiku dengan mengajak belajar bersama.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana kita menangis pilu saat apa yang kita hafalkan tak lantas membekas dalam ingatan, tak mampu kita setorkan sekalipun begitu banyak waktu yang kita habiskan untuk terus melakukan pengulangan.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana langkah-langkah riang kita menuju mesjid dan berganti menjadi isak pilu saat kita menyimak pemateri memulai muhasabah diri, menyadari betapa kotornya diri ini, menginsyafi bahwa belum layak kita disebut muslim sejati, menyetujui bahwa hidup kita akan berakhir pada mati dan kita akan kembali menghadap Ilahi.

Sungguh.

Masih kuingat betul, bagaimana garis lelah yang selalu diubah menjadi Lillah itu. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untul meningkatkan kualitas keimanan itu. Bagaimana kita berusaha agar kebersamaan-kebersamaan kita yang lainnya tetap terdapat nilai kebaikannya.

Sungguh.

Kelak, kita akan menjadi saksi dari setiap masing-masing dari kita.

Sungguh.

Aku bersaksi bahwa engkau orang baik.


Sahabatku...
Aku masih ingat, kau pernah berkata: "teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. jangan pernah berhenti dan mengistirahatkan diri, karena istirahat kita itu nanti, saat kaki ini resmi menginjak syurga-Nya."
Ya, aku masih dan akan terus mengingat perkataanmu. In syaa Allaah.

Sahabatku...
Bila nanti telah tiba saatnya itu, bila tak kau temukan aku bersamamu, tolong, tolonglah aku. Jika kau tak temukan aku di syurga bersama-sama denganmu, tolong cari dan keluarkan aku dari neraka. Tolonglah aku agar dapat bersama-sama denganmu di syurga yang telah dijanjikan-Nya.

˙˙˙

Dari Abu Said Al Khudri Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda tentang syafaat di hari kiamat :
Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah  untuk  memperjuangkan hak saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. 
mereka memohon : “Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab : “Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal”. Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.
Para mukminin ini pun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya. 
Kemudian orang mukmin itu menghadap kembali kepada Allah, : “Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk diazab dari neraka, sudah tidak tersisa”
Allah berfirman, “Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar”. Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. 
Kemudian mereka menghadap kembali : “Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorang pun orang yang Engkau perintahkan untuk diazab…” 
(HR Muslim)

˙˙˙
La illaaha ila Anta, subhanaKa inni kungtu minna dzalimiin..

Wallahu'alam bishawab.

—esn—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar