Selasa, 25 Oktober 2016

Saat Allaah Menjawab Setiap Harap dan Do'a: Jangan Pernah Berputus Asa Dari Rahmat-Nya

ada cerita dibalik gambar yang terrekam mata kamera
Entah, bagi saya, selalu saja menarik untuk menyimak bagaimana dua anak manusia dipertemukan-Nya dengan cara yang sangat rahasia. Sanking rahasianya sehingga tidak akan pernah sama bagaimana cerita pertemuan dua orang manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Ya, Setiap manusia memiliki ceritanya masing-masing, memiliki jalan rahasia-Nya masing-masing.

Pun juga dengan menyimak ujung dari sebuah penantian, selalu berhasil membuat penasaran. Tak jauh berbeda dengan menyimak jawaban-Nya atas do'a-do'a yang dilangitkan para anak manusia, selalu menarik untuk disimak kisahnya. Dan, tentu saja untuk diambil ibrahnya, untuk diambil pelajarannya.

Berikut ini adalah kisah-kisah nyata yang berhasil terrekam dalam ingatan saya, kembali saya ceritakan di sini sehingga dapat kita ambil hikmahnya, agar dapat dipetik bunga pelajarannya bersama-sama.

Saya ingat, saat itu penghujung 2011, dalam suatu forum pada suatu pagi yang sejuk di depan auditorium lt. 2 FPMIPA pada sesi tanya-jawab, muncullah sebuah jawaban yang pada waktu itu membuat saya —dan mungkin juga teman-teman saya tidak habis pikir. Jawabannya kurang lebih begini; “kelak, teteh pengen nikah sama orang yang sama sekali belum pernah teteh kenal sebelumnya.” Tentu saja, jawaban tersebut tidak lolos begitu saja, kami yang ditakdirkan kelewat kritis dari sananya waktu itu menghujani jawaban tersebut dengan berbagai macam tanggapan. Hingga mendaratlah kata-kata pamungkas: “nanti juga kalian akan paham…” ditutup dengan senyum yang manis sekali.

Waktu terus berjalan, dan kami berhasil dibuat penasaran. Sepanjang perjalanan sedikit demi sedikit kami mulai mengerti keinginan teteh kami tadi, meskipun terkadang masih saja muncul ketidaksetujuan di benak kami, maklumlah kami baru saja mengerti belum sampai memahami. Hehe. Alibi. Semakin ke sini kami semakin mengerti dan sedikit demi sedikit sudah mulai memahami. Hingga akhirnya, beberapa tahun setelah itu, Qadarullaah, Allaah menjawab keinginan teteh kami tersebut. Beliau menikah, dengan orang yang entah, kami tidak pernah mengenalnya sebelumnya dan tentu saja, beliaupun sama sekali tidak mengenalnya. Tak! Setidaknya begitu cerita yang saya dapatkan dari yang bersangkutan dan harap yang sama ternyata dilangitkan juga oleh sesosok manusia yang kini sudah resmi menjadi suaminya. 

Masyaa Allaah, saat Allaah menjawab ucapanmu —yang bisa jadi dicatat sebagai do’a dan diAamiinkan para malaikat— indah, bukan? Dan sekarang saya tahu bahwa kata Ustadz Salim, mengutip Sabda Nabi: “Ruh itu ibarat tentara, jika kodenya sama, sandinya nyambung, meskipun belum pernah melihat mereka akan saling bersepakat.” Lebih dari sekedar keren, kan? Inilah yang disebut dengan KEIMANAN.

Di lain waktu, teteh kami yang lain pernah bercerita, tentang sahabatnya. Beliau bilang bahwa satu-satunya kriteria yang sahabat beliau pertahankan untuk calon suaminya adalah seorang dosen —kami sebetulnya tidak dijelaskan alasannya kenapa hanya saja kami bersepakat bahwa kriteria beliau tersebut akan membawa lebih banyak kebaikan.

Tidak pernah lelah, orang tersebut meminta kepada Allaah. Setiap saat, setiap waktu, kapan pun itu. Saat orang lain yang mengetahui keinginannya mulai pesimis, yang bersangkutan tetap optimis. Hingga sampai di batas waktu, Allaah menjawab harap itu. Menikahlah ia dengan seseorang yang berprofesi seorang dosen. Persis, sesuai harap dan do'a yang dilangitkannya. Masyaa Allaah.

Tidak jauh berbeda dengan cerita sahabat dari sahabat saya yang lainnya. Konon, ketika sedang bersekolah di jenjang menengah atas, ia memiliki kecenderungan kepada seorang laki-laki yang pernah ia lihat sekali ketika upacara, mereka terpisah sekolahnya sebetulnya, hanya pada kesempatan itu mereka melakukan upacara bendera bersama. Perasaan itu begitu menggelayutinya tapi ia ingin tetap menjaga, hingga menumbuhkan sebuah inisiatif untuk melangitkan do'a di waktu mustajab do'a: ketika adzan dan iqamah.

Terus menerus, ia melafal do'a yang sama agar dibersamakan dengan orang yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama dan meminta ditunjukkan jalan-Nya setiap waktu antara adzan dan iqamah tiba. Qadarullaah, penantiannya bertemu ujungnya juga, suatu hari laki-laki itu datang ke rumahnya dan menyampaikan niat untuk meminangnya, meminta izin sekaligus restu walinya.

Masyaa Allaah, sekali lagi, saat Allaah menjawab, tidak ada yang tidak mungkin, kan? Inilah buah dari KEISTIQOMAHAN.

Beberapa bulan yang lalu, teteh bercerita juga tentang salah seorang sahabatnya. Katanya, sahabatnya Allaah takdirkan untuk menikah lebih cepat namun tidak ditakdirkan untuk memiliki keturunan dalam waktu singkat. Setelah sekian lama menantikan, setelah segala cara dan usaha diikhtiarkan dalam kurun waktu tak kurang dari lima belas tahun pernikahan.

Akhirnya sahabat beliau tersebut sampai pada titik pasrah hingga ia bilang kepada suaminya, begini: “Mas, segala upaya telah kita coba namun tak berbuahkan hasil juga. Saya pasrah. Maka hari ini, jika Mas memang betul-betul menginginkan keturunan, saya ikhlaskan mas menikah lagi…” Dramatis ya? Tapi hal tersebut nyata. Dan Allaah menjawabnya. Tak berselang setelah kata-kata itu terucap, suaminya diberikan keturunan juga, tapi tentunya bukan dari wanita  yang lain. Ya, beliau dinyatakan hamil oleh dokter. Allaahu Akbar! Inilah yang akan dipanen dari sebuah KEIKHLASAN.

Dari rangkaian cerita mereka, semoga dapat diambil ibrahnya.

Semoga sederhana.

˙˙˙
Teruntuk seseorang yang meminta petuah diri ini, sungguh tiada sesuatu apa pun yang dapat saya beri, namun sudah sepatutnya untuk kita saling berbagi, maka hanya rentetan kisah ini yang mampu saya bagi, semoga saja bisa menginspirasi.

Wahai, mohon jangan pernah lelah, ya! Jangan pernah lelah untuk Jaga Iman, Jaga Istiqomah, Jaga Ikhlas. Dan jangan lupa, Jaga Niat dan Jaga Hati. Jangan, jangan pernah sekalipun mencoba untuk berputus asa dari rahmat-Nya —Al-Qur'an.

p.s. jaga Diri juga cuaca akhir tahun ini cukup ekstrim, jangan lupa minum multivitamin.

—esn—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar