Senin, 17 Oktober 2016

Mentoring: Bukan Segala-galanya Tapi Segala-galanya Bermula Darinya

Memang, mentoring bukanlah segala-galanya tapi segala-galanya bermula darinya. In syaa Allaah saya dapat menggaransi kata-kata yang bukan kata-kata hasil pemikiran saya itu, hanya saja saya sendiri telah merasakannya. Merasakan betapa nikmatnya mentoring.

gambar diambil dari google.
Alhamdulillaah, saya bersyukur sekali dalam perjalanan hidup saya menuju kepulangan ini saya diberikan kesempatan oleh-Nya untuk berkenalan dengan mentoring. Saya berkenalan dengan ketika dulu saya masih menjadi mahasiswa baru untuk pertama kalinya. Sebuah perkenalan yang tidak terlalu menggoda sebetulnya, namun Alhamdulillaah setelahnya menjadi sangat mempesona.

Di kampus saya ada kegiatan Tutorial yang sifatnya wajib diikuti oleh seorang mahasiswa baru yang beragama Islam, setiap satu pekan sekali, ada yang kebagian hari Sabtu ada juga yang kebagian hari Ahad atau Minggu. Saya waktu itu mendapat bagian hari Ahad, kalau tidak salah. Awalnya, saya merasa ogah-ogahan karena pikiran saya waktu itu adalah akhir pekan waktunya bermalas-malasan melakukan hal-hal lain di luar perkuliahan. Namun, saya juga merasa penasaran mentoring itu ngapain aja sih, ya, ada sebuah rasa keingin tahuan dalam diri.

Pagi-pagi sekali, saya harus pergi ke kampus tepatnya menuju mesjid kampus untuk mengikuti Tutorial yang dilanjutkan dengan mentoring. Artinya apa? Artinya saya harus mandi pagi. Ya, saya tidak bermasalah dengan harus bangun pagi karena sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, tapi untuk mandi pagi, di hari—yang sebenarnya—libur merupakan tantangan tersendiri. Kamu tahu kan UPI? Iya kampus pendidikan yang letaknya menuju Lembang itu. Tahu kan Lembang dinginnya seperti apa? Nah, iya!

Pertama kali ikut Tutorial sejujurnya biasa saja, karena isinya hanya perkenalan dan pembacaan aturan-aturan gitu. Lalu, dilanjutkan dengan mentoring. Tidak jauh berbeda, mentoringpun untuk pertemuan pertama isinya perkenalan saja. Bedanya, perkenalan waktu mentoring itu lebih greret. Karena apa? Karena lebih personal dan panjang lebar. Kita menjadi tahu profil teman mentoring kita secara cukup detail. Teman-teman saya waktu itu bermacam-macam: jurusannya, hobynya, karakternya dan pengalamannya mengikuti mentoring ini. Yang baru pertama kali seperti saya juga ada.  Yang sudah pernah, ada. Saat diminta pendapat mengenai bagaimana rasanya ikut mentoring sebelumnya, ia cuma bilang: "pokonya mentoring itu memang bukan segala-galanya tapi segala-galanya bermula dari mentoring." Jawabnya mantap, tapi entahlah sulit rasanya untuk saya cerna. Nah, dari segala perbedaan itu, kita semua —termasuk Teteh Mentornya— memiliki satu kesamaan yang sama, yakni sama-sama ingin menjadi pribadi muslimah yang shalih. Dan, ya, dan menshalihkan, begitu tambahan yang diberikan Teteh mentornya.

Aha! Saya mendapat kosakata baru: Muslimah yang shalih dan menshalihkan. Sepanjang perjalanan pulang kata-kata itu terus terngiang, saya ingin mendapatkan perjelasan lebih, berhubung waktu mentoring hari ini tidak memungkinkan untuk mengajukan pertanyaan, saya harus bersabar menunggu pekan depan. Saya mulai merasakan ketertarikan. Alhamdulillaah.

gambar diambil dari google

Pekan demi pekan pun berlalu, saya mulai mendapatkan pencerahan-pencerahan baru, cakrawala berpikir saya mulai terbuka, wawasan saya bertambah pada segala macam subyeknya. Utamanya, mengenai siapa diri kita yang mengaku muslim ini. Saat mengetahui hal itu, saya mulai mengkomparasi dan sungguh masih jauh sekali diri ini dengan yang disebut muslim sejati. Ya, Illaahi Rabbi, ampuni hamba-Mu ini. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan pemahaman agama saya, perlahan tapi pasti, saya mulai menemukan jati diri, melalui mentoring ini, saya berproses selalu untuk menjadi seorang pribadi yang jauh lebih baik dari waktu ke waktu.

Hingga saya sampai pada saat dimana langkah saya dituntun-Nya, hati saya dibisikan-Nya kemantapan untuk berhijrah. Alhamdulillaah. Dan, di sana barulah saya memahami maksud perkataan seorang teman saya yang telah terlebih dahulu merecap manisnya hidayah. Dan, ya, saya sepakat bahwa mungkin mentoring bukan segala-galanya tapi segala-galanya bermula dari mentoring. Saya sudah merasakannya. Tidakkah kamu ingin merasakannya juga? :)


Semoga sederhana.

˙˙˙

Manusia berproses untuk menemukan sebetulnya aku: the real ultimate me, dan mentoring membantu mengakselerasi prosea itu.

—esn—



Tidak ada komentar:

Posting Komentar